Oleh Ust. Yahya
Hubungan hati dengan organ-organ
tubuh lainnya, laksana raja yang bertahta diatas singgasana yang dikelilingi
para punggawanya. Seluruh anggota punggawa bergerak atas perintahnya. Dengan
kata lain, bahwa hati itu adalah pengendali dan sekaligus sebagai pemberi
komando terdepan yang setiap anggota tubuh berada di bawah kekuasaannya. Di
hati inilah anggota badan lainnya mengambil keteladanannya, baik dalam ketaatan
atau penyimpangan. Organ-organ tubuh lainnya selalu mengikuti dan patuh dalam
setiap keputusan.
Nabi saw bersabda:
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal
daging, apabila daging itu baik maka baiklah tubuh manusia itu, akan tetapi
bila daging itu rusak maka rusak pula tubuh manusia. Ketahuilah bahwa
sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati."
[HR. BukhariMuslim]
Pengelompokan Hati Manusia
Hati manusia terbagi menjadi tiga
klasifikasi: Qalbun Shahih (hati yang suci), Qalbun Mayyit (hati
yang mati), dan Qalbun Maridl (hati yang sakit).
1. Qalbun Shahih
Qalbun Shahih yaitu hati yang
sehat dan bersih (hati yang sehat) dari setiap nafsu yang menentang perintah
Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan dari setiap penyimpangan yang menyalahi
keutamaan-Nya. Sehingga ia selamat dari pengabdian kepada selain Allah, dan
mencari penyelesaian hukum pada selain rasul-Nya. Karenanya, hati ini murni
pengabdiannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik pengabdian secara iradat (kehendak), mahabbah (cinta), tawakkal (berserah
diri), takut atas siksa-Nya dan mengharapkan karunia-Nya. Bahkan seluruh
aktivitasnya hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala semata.
Ciri-ciri Qalbun Shahih
- Apabila hati pergi meninggalkan dunia menuju dan berdomisili di alam akhirat, sehingga seakan ia termasuk penduduknya. Ia datang ke dunia fana ini bagaikan seorang asing yang kebetulan singgah sebentar sebelum meneruskan perjalanan menuju alam akhirat. Sebagaimana telah diwasiatkan Nabi saw kepada Abdullah bin Umar : "Jadikanlah dirimu di dunia ini seakan-akan kamu orang asing atau orang yang sedang menyeberangi suatu jalan." [HR. Bukhari]
- Jika ia tertinggal wirid, atau sesuatu bentuk peribatan lainnya, maka ia merasakan sakit yang tiada terperi ,melebihi sakitnya orang yang tamak dan kikir saat kehilangan barang kesayangannya.
- Ia senantiasa rindu untuk dapat mengabdikan diri di jalan Allah, melebihi keinginan orang yang lapar kepada makanan dan minuman. Yahya bin Mu'adz berkata: "Barangsiapa yang merasa berkhidmat kepada Allah, maka segala sesuatupun akan senang berkhidmat kepadanya, dan barang siapa tentram dan puas dengan Allah maka orang lain tentram pula ketika melihat dirinya.
- Apabila tujuan hidupnya hanya untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
- Bila sedang melakukan sholat, maka sirnalah semua kegundahannya dan kesusahan kaena urusan dunia. Sebab di dalam sholat telah ia temukan kenikmatan dan kesejukan jiwa yang suci.
- Sangat menghargai waktu dan tidak menyia-nyiakanya, melebihi rasa kekhawatiran orang bakhil dalam menjaga hartanya.
- Tidak pernah terputus dan futur (malas) untuk mengingat Allah Idan berdzikir kepada-Nya.
- Lebih mengutamakan pada pencapaian kualitas dari suatu amal perbuatan daripada kuantitas. ia lebih condong pada keikhlasan dalam beramal, mengikuti petunjuk syari'at rasulullah saw di samping ia selalu merenungi segala bentuk karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan mengakui tentang kelalaian dan keteledorannya dalam memenuhi hak-hak Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Qalbun Mayyit (hati yang mati)
adalah kebalikan dari hati yang sehat, hati yang mati tidak pernah mengenal
Tuhannya, tidak mencintai atau ridha kepada-Nya. dan ia berdiri berdampingan
dengan syahwatnya dan memperturutkan keinginan hawa nafsunya, walaupun hal ini
menjadikan Allah Subhanahu wa Ta'ala marah dan murka akan perbuatannya. Ia
tidak peduli lagi apakah Allah ridha atau murka terhadap apa yang
dikerjakannya, sebab ia memang telah mengabdi kepada selain Allah. Jika
mencintai didasarkan atas hawa nafsu, begitu pula dengan membenci, memberi.
Hawa nafsu lebih didewa-dewakan daripada rasa cinta kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala.
Hati jenis ini adalah hati yang
jika diseru kepada jalan Allah, maka seruan itu tidaklah berfaedah sedikitpun,
karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menutup hati mereka. Allah Subhanahu wa
Ta'ala berfirman: " Dan
diantara mereka ada orang yang mendengar (bacaanmu), padahal kami telah
meletakkan tutup di atas hati mereka sehingga mereka tidak memahaminya) dan
kami letakkan sumbatan di telinganya dan jikalaupun mereka melihat segala tanda
kebenaran mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka
datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: Al-Qur'an itu
tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu'." [QS.
Al-An'am:25]
Allah Subhanahu wa Ta'ala akan
membiarkan mereka dalam kegelapan dan mereka sedikitpun tidak akan mendapatkan
cahaya iman. "Perumpamaan mereka
adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi
sekelilingnya. Allah menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka. Dan
membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat, mereka tuli, bisu dan
buta, maka mereka tidaklah kembali kepada jalan yang benar.” [Al-Baqarah:17-18]
3. Qalbun Maridl
Qalbun Maridl (hati yang sakit)
adalah hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun di dalamnya tersimpan
benih-benih penyakit berupa kejahilan. Hati yang sedang di cekam sakit akan
mudah menjadi parah apabila tidak diobati dengan hikmah dan maud'izah.
Seperti difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan setan, sebagai cobaan
bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang keras hatinya." [QS.
Al-Hajj:53]
Namun demikian hati orang-orang
yang seperti itu belumlah mati sebagaimana hati orang-orang kafir dan
orang-orang munafiq, akan tetapi bukan pula hati sehat, seperti sehatnya hati
orang-orang yang beriman. Sebab di dalam hati mereka terdapat penyakit syubhat
dan syahwat. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Sehingga berkeinginanlah orang-orang yang ada penyakit di dalam
hatinya." [QS. Al-Ahzab:32]
Ciri-ciri Qalbun Maridl
Boleh jadi hati manusia sedang
sakit , bahkan tanpa disadari. Lebih tragis bahwa hatinya sebenarnya mati,
namun si empunya tidak menyadari.
Tanda-tanda spesifik hati yang
sedang sakit atau mati adalah jika ia tidak merasa sakit dan pedih oleh
goresan-goresan pisau kemaksiatan, Hal itu disebabkan karena hatinya telah
rancu dan teracuni, sehingga tidak dapat lagi membedakan antara nilai kebenaran
dan aqidahnya yang batil. Hal ini seperti ditafsirkan oleh Mujahid dan Qatadah
tentang firman Allah yang berbunyi: "Fi Qulubihim Maradhun"[QS.Al-Baqarah:10]. artinya:
"Dalam hati mereka terdapat penyakit." “Ayat ini menunjukkan adanya
keraguan yang tumbuh dalam hati manusia tentang kebenaran.” Bahkan ia melihat
kebenaran bagai sesuatu yang sangat bertentangan dengan kehendaknya. Kebenaran
itu dilihat dari sisi lain yang terasa merugikan dirinya. sehingga dalam
kondisi seperti ini ia lebih menyukai kebatilan dan kemudharatan.
..... bersambung .....
0 Comment for "Management Hati 1"