BULETIN ANNABA EDISI 56
Tauhid secara bahasa berasal dari kata وَحَّدَ - يُوَحِّدُ - تَوْحِيدًا yang
artinya menjadikan satu. Sedangkan
menurut istilah syar’i ialah mengesakan Allah SWT dalam beribadah kepadanya
semata, tidak ada sekutu bagiNya.
Tauhid adalah agama semua rasul –'alaihimus sholatu
wassalam- yang Allah tidak akan menerima dari seorangpun agama selainnya, dan
tidak sah amal-amal sholeh kecuali dengannya, karena ia merupakan fondasi yang
diatasnya dibangun seluruh amal-amal sholeh. Bila ia tidak ada maka amal
sholehpun tidak bermanfaat, bahkan gugur, karena tidaklah sah ibadah kecuali
dengannya.
Sesungguhnya Allah SWT menciptakan mahluk-Nya supaya
mereka beribadah kepada-Nya semata, dan melarang mahlukNya menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun, baik malaikat, bintang-bintang, atau pun yang lainya.
Oleh karena itu Allah SWT mengutus para Rosul dan menurunkan kitab–kitab-Nya
sebagaimana firmannya,
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُون
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk
beribadah kepadaku” (QS Adz–Dzariyat 51:56)
Ibadah ialah penghambaan diri kepada Allah
ta’ala dengan mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya,
sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rasulullah saw Dan
inilah hakekat agama Islam, karena Islam maknanya ialah penyerahan diri kepada
Allah semata, yang disertai dengan kepatuhan mutlak kepada Nya, dengan penuh
rasa rendah diri dan cinta. Ibadah berarti juga segala perkataan dan perbuatan,
baik lahir maupun batin, yang dicintai dan diridloi oleh Allah. Dan suatu amal
akan diterima oleh Allah sebagai ibadah apabila diniati dengan ikhlas karena
Allah semata dan mengikuti tuntunan Rasulullah r
Tauhid merupakan
kewajiban pertama yang diserukan oleh para Rasul yang merupakan pondasi dakwah
mereka. Allah SWT berfirman,
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوت
“Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan) beribadalah kepada Allah (saja)
dan jauhilah thoghut” (QS An–Nahl 16:36 )
Thoghut ialah setiap yang diagungkan
-selain Allah– dengan disembah, ditaati, atau dipatuhi; baik yang diagungkan
itu berupa batu, manusia ataupun setan. Menjauhi thoghut berarti
mengingkarinya, tidak menyembah dan memujanya, dalam bentuk dan cara apapun.
Dan tauhid itu adalah merupakan hak Allah yang paling
besar atas hamba-Nya, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim
dari hadits Mu'adz t beliau berkata,
كُنْتُ رَدِيفَ النَّبِيِّ r عَلَى حِمَارٍ، فَقَالَ لِي: يَا مُعَاذٌ، أَتَدْرِي مَا حَقُّ اللهِ عَلَى
الْعِبَادِ، وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ؟ قُلْتُ: اَللهُ وَرَسُولُهُ
أَعْلَمُ، قَالَ: حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَّعْبُدُوهُ وَلَا
يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ أَنْ لَّا يُعَذِّبَ
مَنْ لَّا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَفَلَا أُبَشِّرُ
النَّاسَ؟ قَالَ: لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا
“Aku
pernah diboncengkan Nabi saw di atas keledai kemudian beliau berkata
kepadaku, 'wahai muadz, tahukah kamu apakah hak Allah
yang harus dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya dan apa hak hamba-hamba-Nya yang pasti
dipenuhi oleh Allah?' Aku menjawab, 'Allah
dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui'. Kemudian beliau bersabda, 'Hak Allah yang
harus dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya ialah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya
dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, sedangkan hak hamba yang pasti
dipenuhi oleh Allah ialah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang-orang yang
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun'. Lalu aku bertanya, 'Ya Rasulullah, bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada
orang-orang?' Beliau
menjawab, 'Jangan engkau lakukan itu, karena khawatir
mereka nanti bersikap pasrah'.” (HR Bukhari dan Muslim)
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ
يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُونَ
“Orang orang yang
beriman dan tidak menodai keimanan[1] mereka
dengan kedzoliman (kemusyrikan)[2],
mereka itulah orang-orang yang mendapat ketentraman dan mereka itulah orang
orang yang mendapat jalan hidayah” (QS Al-An’am 6:82)
Ubadah bin Shomit t menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda,
مَنْ شَهِدَ أَنْ لَّا ِإلَهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَأَنَّ
عِيسَى عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ
مِّنْهُ وَالْجَنَّة حَقٌّ وَالنَّار حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا
كَانَ مِنَ الْعَمَلِ
“Barang siapa yang bersyahadat[3] bahwa
tidak ada sesembahan yang hak (benar)
selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan
Rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba dan Rasul-Nya, dan kalimat-Nya yang
disampaikan kepada Maryam, serta Ruh dari padaNya, dan surga itu benar adanya, neraka juga benar adanya, maka
Allah pasti memasukkanya kedalam surga betapapun amal
yang telah diperbuatnya” (HR Bukhori & Muslim)
Maka
barangsiapa yang mengamalkan tauhid akan masuk surga, dan barangsiapa yang
mengamalkan dan menyakini hal-hal yang bertentangan dengannya maka ia termasuk
penghuni neraka. Dan karena tauhid itu pulalah para Rasul diperintahkan untuk
memerangi kaumnya hingga mereka meyakininya, sebagaimana sabda Rasulullah saw, "Saya
diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan
kecuali Allah"
(HR Bukhari dan Muslim)
Merealisasikan
(mewujudkan) tauhid adalah jalan menuju kebahagiaan di dunia maupun di akhirat,
sedang melakukan hal-hal yang bertentangan dengannya adalah jalan menuju kepada
kesengsaraan. Mengamalkan tauhid adalah jalan untuk menyatukan barisan dan
kalimat umat, sedang kesalahan dalam tauhid adalah penyebab perpecahan dan
tercerai berainya umat ini.
Yahya Cahyana SP.d.I
Yahya Cahyana SP.d.I
Sumber kitab
tauhid syaihk Muhammad At Tamimi RHM
[1] Iman ialah: ucapan hati dan lisan yang
disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat karena Allah, dan
dilandasi dengan berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah saw.
[2] Syirik disebut kezholiman karena syirik adalah menempatkan
suatu ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak
menerimanya.
[3] Syahadat ialah: persaksian dengan hati dan lisan, dengan mengerti maknanya
dan mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya,
baik lahir maupun batin.
0 Comment for "Tauhid dan Keutamaannya"