Blog resmi MASJID BAITURRAHIIM Rt 04 Rw 04 Kel. Ledeng Kec. Cidadap Kota Bandung, blog ini merupakan sarana untuk berbagi informasi dan mempererat tali silaturahmi sesama muslim khususnya jamaah masjid Baiturrahim


Pesan Taqwa dari Ramadhan


Buletin An-Naba edisi 64
“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”(al-baqarah:183)

Takwa  merupakn target pencapaian dari seluruh ibadah manusia, termasuk puasa ’la’allakum tattaqun’. Pada level  ini, seseorang berada pada zona aman dari gangguan syetan, karena berarti ia mampu mengaplikasikan seluruh petunjuk dan aturan Allah SWT, baik yang terkait dengan perintah maupun larangan-Nya.
Kesadaran merasa selalu diawasi Allah merupakan fondasi sekaligus bekal ketakwaan yang membimbing seseorang ke arah kebaikan Allah SWT berfirman.” Alif Laam Miim. Itulah kitab (al-Qur’an) yang tiada keraguan didalamnya, petunjuk bagi orang yang bertaqwa yaitu mereka yang meyakini hal yang ghaib, mendirikan shalat serta menginfakan sebagian rezki yang kami anugrahkan kepada mereka.”(al-Baqarah:33)
Ramadhan mengingatkan dan memperkuat seseorang dengan sesuatu yang ghaib: pahala yang berlipat ganda, setan dibelenggu, pintu-pintu syurga di buka dan pintu-pintu neraka ditutup, demikian juga keberadaan malam Lailatur Qadar yang lebih baik dari seribu bulan. Dalam memahami hal-hal ini dibutuhkan iman yang mendalam terhadap yang ghaib, dan karakter yang paling menonjol yang disebutkan di awal karakter orang yang bertakwa adalah   “mereka yang mengimani hal-hal yang ghaib” seperti yang disebut pada ayat di atas.
     Implementasi yang konkret dari aktivitas ruhaniah di bulan puasa sangat jelas dari paket amaliah Ramadhan: mengendarikan diri dengan selalu sadar dan sederatan amaliah ibadah lainnya yang justru akan menyuplai dua kekuatan sekaligus yang sangat dibutuhkan setiap insan untuk mempertahankan takwanya, yaitu quwwah nafsiyyah (kekuatan spiritual) dan quwwah khuluqiyah (kekuatan moralitas). Kekuatan spiritual merupakan bukti kedekatannya dengan Allah SWT, manakala kekuatan moralitas merupakan cermin perilaku terpuji sehari-hari.    Menurut Dr. Ali Abdul Halim Mahmud dalam Fiqih Dakwah-nya,  proses meraih dua kekuatan tersebut harus melalui beberapa tahapan, yaitu :
Pertama, proses tathhir, pembersihan diri dari segala dosa dan maksiat

Kedua, proses tajkiyah, yaitu memperkuat diri dengan amal-amal ketaatan.
Ketiga, tarqiyah, yaitu meningkatkan kualitas jiwa hingga mencapai derajat wara’ dalam segala hal.
Manakala untuk meraih kekuatan moralitas, hanya bias dicapai melalui 4 tahapan:
1. Tathhir dengan membersihkan diri dari sikap emosional dan kelas kepala
2. Tazkiyah mensucikan akhlak diri dengan komitmen bersama adab-adab Islam
3. Tarqiyah meningkatkan akhlak dengan mengambil suri teladan dari akhlak Rasulullah saw.
4. Tauthin dan tatsbit pembumian dan pengokohan akhlak islami dalam diri yang tercermin dalam semua keadaan.
     Demikian, Ramadhan sesungguhnya menjanjikan peluang bagi siapapun untuk meningkatkan kualitas spritualnya, jika hal ini tidak bias diraih di bulan yang berkah , akan sangat sukar didapatkan di luar bulan yang baik ini. Rasulullah saw, bersabda, “Barangsiapa yang terhalang dari meraih kebaikan di bulan Ramadhan, maka berarti ia terhalang dari mendapat semua kebaikan untuk selamanya.”
CERITAKANLAH NIKMAT TUHANMU
       Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya ada tiga orang dari Bani Israil yang belang, botak dan buta. Allah bermaksud untuk menguji mereka, maka Allah mengutus malaikat kepada mereka. Malaikat itu datang kepada si Belang dan bertanya, 'Apakah sesuatu yang paling engkau inginkan?' Si Belang menjawab, 'Saya menginginkan paras yang tampan dan kulit yang bagus serta hilangnya penyakit yang menjadikan orang-orang jijik kepadaku.'
   Maka Malaikat itu lantas mengusap si Belang dan seketika hilanglah penyakit yang menjijikkannya itu serta ia di beri paras yang tampan dan kulit yang bagus. Malaikat itu bertanya lagi, 'Harta apakah yang paling kau senangi?' Si Belang menjawab, 'Unta,' (atau ia mengatakan, 'Sapi.' Perawi ragu-ragu antara unta dan sapi, sebab orang yang belang dan botak, satunya minta unta, yang lainnya minta sapi). Kemudian ia diberi unta yang sedang bunting sepuluh bulan, dan malaikat tadi berkata, 'Semoga Allah memberi berkah dan rahmat atas apa yang kau terima.'
    Kemudian Malaikat itu datang kepada Si Botak dan bertanya, 'Apakah sesuatu yang paling kau inginkan?' Si Botak menjawab, 'Rambut yang rapi dan hilangnya penyakit yang menjadikan orang-orang jijik kepadaku ini.' Malaikat lantas mengusap Si Botak dan seketika hilanglah penyakitnya serta tumbuh rambut yang rapi sebagai gantinya. Malaikat itu bertanya lagi, 'Harta apakah yang paling kau senangi?' Si Botak menjawab, 'Sapi.' Kemudian ia diberi sapi yang sedang bunting, dan malaikat tadi berkata, 'Semoga Allah memberi berkah dan rahmat atas apa yang kau terima.'
     Kemudian Malaikat itu datang kepada Si Buta dan bertanya, 'Apakah sesuatu yang paling kau inginkan?' Si Buta menjawab, 'Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang-orang.' Malaikat lantas mengusap si Buta dan Allah mengembalikan penglihatannya kepada si Buta. Malaikat itu bertanya lagi, 'Harta apakah yang paling kau senangi?.' Si Buta menjawab, 'Kambing.' Kemudian ia diberi kambing yang sedang bunting.
Lama kelamaan unta, sapi dan kambing berkembang biak dan unta tersebut memenuhi satu lapangan, begitu pula sapi dan kambing, masing-masing memenuhi satu lapangan.
Pada suatu waktu malaikat datang kepada si Belang dan menyamar sebagai orang yang berpenyakit belang seperti keadaannya semula sambil berkata, 'Saya adalah seorang miskin dan telah kehabisan bekal di tengah perjalanan ini dan sampai hari ini tidak ada harapanku kecuali kepada Allah azza wajalla kemudian kepadamu. Saya benar-benar meminta pertolongan kepadamu dengan menyebut Dzat yang telah memberi engkau paras yang tampan dan kulit yang halus serta harta kekayaan. Saya meminta kepadamu seekor unta untuk bekal melanjutkan perjalanan saya.' Si Belang berkata, 'Hak-hak yang harus saya berikan masih banyak (saya tidak bisa membekali apa-apa).'
Malaikat itu berkata, 'Kalau tidak salah saya pernah kenal denganmu, bukankah kamu dulu orang yang mempunyai sakit belang dan orang-orang jijik kepadamu, dan bukanlah kamu dulu orang yang miskin lalu Allah memberi rahmat kepadamu?'
Si Belang berkata, 'Sesungguhnya saya mempunyai harta kekayaan ini dari nenek moyang.' Malaikat berkata, 'Jika kamu berdusta maka semoga Allah mengembalikanmu seperti keadaanmu semula.'
Kemudian malaikat itu datang kepada si Botak dengan menyerupai orang yang berpenyakit Botak seperti keadaan si Botak waktu itu, dan berkata seperti apa yang dikatakannya kepada si Belang. Si Botak juga menjawab seperti si Belang; kemudian malaikat itu berkata, 'Jika kamu berdusta, semoga Allah menjadikan kamu seperti keadaanmu semula.'
     Malaikat melanjutkan perjalanannya ke tempat si Buta dengan menyerupai orang yang buta seperti keadaan si Buta waktu itu, dan berkata, 'Saya adalah seorang miskin, saya telah kehabisan bekal di tengah-tengah perjalanan ini dan tidak ada lagi harapanku kecuali kepada Allah kemudian kepadamu. Saya benar-benar minta pertolongan kepadamu dengan menyebut Dzat yang telah mengembalikan penglihatanmu, yaitu saya meminta satu ekor kambing untuk bekal di dalam melanjutkan perjalanan saya.'
Si Buta menjawab, 'Saya dulu adalah orang buta kemudian Allah mengembalikan penglihatan
saya. Dan dulu miskin, kemudian Allah memberi kekayaan seperti ini. Maka ambillah apa yang kau inginkan. Demi Allah sekarang saya tidak akan memberatkan sesuatu kepadamu yang kau ambil karena Allah.'    Malaikat itu berkata, 'Peliharalah harta kekayaanmu, sebenarnya kamu hanyalah diuji dan Allah benar-benar ridha terhadap kamu dan Allah telah memurkai kedua kawanmu'."
Subhanallah, 70 Ribu Warga Italia Masuk Islam
ROMA— Uni Komunitas Islam Italia (UCOI) menyatakan sebanyak 70 ribu warga Italia memeluk Islam. Menurut UCOI, meningkatnya jumlah warga Italia memeluk Islam karena krisis ekonomi dan nilai yang dialami mereka.
“Saat ini, begitu banyak warga Italia yang menghubungi kami untuk bertanya tentang Islam. Fakta ini benar-benar positif,” kata dia seperti dikutip agi.it, Ahad (6/5).
Menurut Izzedine, saat ini tercatat 150 ribu muslim berkewarganegaraan Italia dari satu juta penduduk muslim. “Dari data itu, dapat dipahami ada terjadi kejutan yang tak terduga. Alhamdulillah,” kata dia.
Bila dibanding dengan negara-negara Eropa lain, imigran Italia relatif pendatang baru, dan negara tersebut masih berjuang untuk menyesuaikan dengan populasi asing yang makin berkembang. Jika model Perancis, imigran berintegrasi melalui perilaku warga negara, dan di Inggris mengadopsi multikulturalisme dengan hasil majemuk, Italia masih terlihat tak mampu memutuskan bentuk paling sesuai.
Kebijakan pemerintah cenderung menyokong represif ketimbang integrasi. Setelah Senat Italia meloloskan undang-undang yang memperketat kebijakan imigrasi bulan lalu, Familia Cristiana salah satu majalah Katholik Roma berpengaruh menuduh Italia mencemplungkan diri dalam "samudera aturan berbau rasis", tak beda dengan serangkaian aturan anti-Semit yang diloloskan pada pemerintah 1938 silam.
"Italia tidak memilih model spesifik dan juga bagaimana negara ini menghadapi Islam," ujar Farian Sabahi, seorang guru besar sejarah negara Islam di Universitas Turin dan editor untuk Milan Daily Corriere della Sera, yang juga menulis buku Muslims di Eropa. "Hal ini masih bukan prioritas utama pemerintah, dan itu sangat memalukan karena berlawanan dengan apa yang coba dilakukan negara Eropa lain," imbuhnya.[Sumber: www.republika.co.id]


Labels: materi, ramadhan, takwa, taqwa

Thanks for reading Pesan Taqwa dari Ramadhan. Please share...!

0 Comment for "Pesan Taqwa dari Ramadhan"

Back To Top