Buletin An-Naba edisi 63
Hari-hari di awal bulan ramadhan pun dilewati dengan senyum dan harapan yang semakin berbunga seraya berkata,”mudah-mudahan omset jualan tahun ini makin besar”. Maklum kami adalah keluarga yang bermata pencaharian sebagai pedagang baju di sebuah pasar tradisional di kota Bandung. dalam berdagang, kami bertindak sebagai distributor barang yang dalam teknisnya mengambil barang dari suplier terlebih dahulu lalu membayar kemudian.
Tibalah pada satu hari yang tanpa disangka dan tersirat pada benak kami, bahwa disaat harapan kami begitu besarnya pada ramadhan kali ini akan keberkahan rizki-Nya. akan tetapi, seketika harapan ini pupus dan pudar karena pada hari itu, tiba-tiba kami di datangi oleh suplier barang tapi anehnya dari kejauhan sudah terlihat gelagat yang berbeda dan janggal. ternyata, setiba di toko kami sang suplier itu dengan ketus dan dengan kata serta nada suara yang menginimidasi menyaakan bahwa kami harus menegembalikan seluruh barang yang kami bawa dari suplier tersebut karena ia mendengar dan melihat kami memajang barang yang berasal bukan dari perusahaan suplier tersebut. serentak kami tertegun kaget dan membisu karena barang dari suplier itu adalah barang pokok yang hidup keseharian kami tergantung padanya.
demi menyambung hidup dan harapan agar di hari raya ini dapat merayakan sebagaimana biasanya , akhirnya kami pun berusaha mencari pinjaman dari mulai kerabat, teman hingga lembaga keuangan. namun, tak satupun yang dapat membantu kami dengan berbagai dalih tentunya. akhirnya kami menggadaikan kendaraan bermotor kami satu-satunya. tapi walau demikian uang yang didapat masih belum cukup. oleh karena itu, kami pun berpasrah diri tentang hidup kami di hari esok.
Di tengah kegalauan ini, yang seolah keluarga kami sebagai keluarga yang paling susah dan mendadak miskin tiba-tiba kami melihat tetangga di sekitar rumah yang kami perhatikan sedang kesulitan ekonomi karena sekeluarga tak punya pekerjaan dan suaminya sudah lama sakit. akhirnya kami memutuskan untuk memberi
makanan seadanya kepada keluarga tersebut.
Pada siangnya terbersit di benak Bapak kami untuk pergi ke Bekasi mengingat di sana ada saudara yang lumayan berkecukupan. Hasilnya, dari pembicaraan panjang lebar kami di sana ternyata saudara kami tersebut tidak akan memberikan pinjaman sehingga membuat kami putus asa kembali. namun, ketika kami pamit untuk kembali pulang ke Bandung, beliau menyodorkan amplop yang ternyata berisi sejumlah uang yang walaupun tidak mencukupi apa yang kami butuhkan tapi setidaknya jumlahnya cukup berarti bagi kami.
Entahlah apakah ini barakah dari sedekah kami? tapi ini belum menunjukkan kebenaran hubungan antara sedekah kami tadi dengan uang yang kami terima ini. akan tetapi, hal ini terulang kembali pada minggu akhir ramadhan ini yaitu ketika kami dirundung lagi kebingungan untuk membayar kredit yang jatuh tempo dua hari setelah hari raya. ketika berada di tengah kebimbangan dan keterbatasan ini, untuk membayar zakat fitrah pun kami pikir-pikir dulu. namun, sungguh aneh lagi, ketika kami pun kembali buntu dan pasrah tanpa mendapat satu pinjaman pun tapi kini kami berusaha sisihkan untuk zakat fitrah.
Sungguh aneh, ketika di pagi hari kami selesai ijab kabul zakat, dan pada siangnya Bapak di hubungi oleh temannya untuk mengerjakan proyek yang kalau diuangkan dapat menutupi kebutuhan kami saat ini.
Perjalanan ramadhan kali ini adalah pengalaman kami sekeluarga yang belum pernah dialamai bahkan belum pernah terbayangkan sebelumnya.Namun, boleh dikatakan ramadhan kali ini adalah ramadhan yang penuh hikmah dan kaya akan pengalaman spiritual. terlepas dari teori kekeliruan pos Hoc, dapat saya simpulkan dengan bersedekah dan berinfak di bulan ramadhan dapat mengangkat kesulitan bagi para pemberinya. wallahu ‘alam Posted in Kisah | Tags: Sedekah di Bulan Ramadhan
Menggapi Cinta Ilahi
Cinta adalah suatu hal yang kebanyakan manusia akan berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Cinta adalah sesuatu yang disenangi oleh jiwa. Mendapatkan cinta kasih dari makhluk adalah menyenangkan, apalagi jika cinta itu datang dari Sang Pencipta.
Cinta Allah kepada hamba-Nya merupakan perkara yang luar biasa dan besar, karunia yang melimpah dan tiada bisa diketahui nilainya, Inilah tiga hal di antara beberapa hal yang dapat ditempuh seorang hamba untuk mendapatkan cinta dari Allah.
Tadabbur terhadap Al-Quran
Salah satu amalan yang sangat besar nilainya untuk mendapatkan cinta dari Allah adalah membaca Al-Quran sambil merenungkan dan memahami makna serta maksudnya.
Tujuan dari tadabbur Al-Quran adalah agar hati seorang hamba senantiasa disibukkan dengan merenungi arti dari kalimat yang dibaca, dan dengan indra yang dimiliki, ia menjawab setiap ayat yang dibaca. Pada setiap ayat yang sesuai, ia berdoa, memohon ampunan, rahmat, serta memohon perlindungan dari siksa pedih di akhirat kelak.
Tiada suatu amalan yang lebih bermanfaat daripada membaca Al-Quran dengan tadabbur dan tafakkur. Karena yang demikian ini telah mencakup seluruh aktivitas mendekatkan diri kepada Allah. Amalan ini mampu melahirkan cinta, rasa takut dan pengharapan, serta seluruh hal yang mengakibatkan hidupnya hati. Seadainya orang-orang mengetahui manfaat yang terkandung di dalam amalan ini, maka pastilah mereka akan terus-menerus membaca Al-Quran dengan tadabbur dan melupakan aktivitas yang lain.
Amalan Fardhu kemudian Sunnah
Mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunnah setelah yang fardhu merupakan jalan pula untuk mendapatkan cinta dari Allah. Rasulullah SAW bersabda :“Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan perang untuknya. Tidaklah hamba-Ku bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan yang lebih Aku cintai daripada amalan yang Aku fardhukan kepada mereka. Dan hamba-Ku senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah, hingga Aku mencintai mereka…” (Riwayat Al-Bukhari)
Ibnu Taimiyah berkata bahwa wali Allah yang benar-benar wali adalah mereka yang beriman dan bertaqwa. Sebagaimana firman Allah SWT :“ Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.” (Yunus: 62-63)
Hadits di atas mengandung kesimpulan bahwa yang menyebabkan didapatinya cinta Allah itu karena melaksanakan dua perkara. Pertama, melaksanakan segala yang telah difardhukan oleh-Nya. Sedangkan kedua, mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengamalkan ajaran-ajaran yang telah disunnahkan oleh Rasul-Nya. Allah juga mengabarkan bahwa melaksanakan amalan fardhu itu adalah lebih Dia cintai.
Hamba yang dicintai Allah itu senantiasa memperbanyak amalan-amalan sunnah, sehingga derajatnya meningkat menjadi kekasih Allah. Jika hamba tersebut telah menjadi kekasih Allah, maka kecintaan Allah kepadanya mengakibatkan lahirnya cinta baru
kepadanya yang lebih besar dari cinta yang pertama.
Dzikir
Cara lain untuk menggapai cinta Allah adalah dengan terus-menerus berdzikir kepada-Nya dalam berbagai keadaan. Ibnu Rajab dalam Ikhtiyarul Ula mengatakan bahwa amalan yang dapat mengantarkan seorang hamba kepada kecintaan Allah, yang sekaligus merupakan tanda-tanda bagi hamba yang mencintai-Nya adalah memperbanyak dzikir dengan hati maupun lisan.
Allah SWT berfirman:
“Dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya, supaya kamu beruntung.” (Al-Jumuah: 10)
Di dalam Al-Quran, Allah banyak menyebutkan dzikir sebagai penyerta amal-amal salih, misalnya salat, puasa, salat Jumat, haji, dan jihad. Dzikir kepada Allah ada beberapa macam, di antaranya adalah mengingat serta memuji Allah dengan menggunakan nama-Nya serta sifat-sifat mulia lainnya yang melekat pada-Nya, membaca tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan tamjid, kemudian juga mengingat Allah dengan menyebutkan hukum, perintah, serta berbagai larangan-Nya.
Tiga amal salih di atas merupakan amal-amal agung yang ampuh untuk meraih cinta dari-Nya. Walaupun tampak ringan, namun tidak mudah untuk dilakukan kecuali bagi orang yang Allah mudahkan. Sebaik-baik amal salih adalah yang kontinyu, walaupun terasa sedikit. Dan hendaknya begitulah tiga amal ini dilaksanakan, agar kita senantiasa mendapatkan cinta dari Allah
0 Comment for "Sedekah Di Bulan Ramadhan"