Oleh Ustad Yahya
Tauhid adalah meyakini keesaan Allah dalam rububiyyah, ikhlas beribadah kepada-Nya serta menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Tauhid terbagi dalam tiga macam : (1) Tauhid Rububiyyah, (2) Tauhid Uluhiyyah dan (3) Tauhid Asma’ wa Sifat.
TAUHID RUBUBIYYAH
Tauhid Rububiyyah adalah meng-esakan Allah Swt dalam segala perbuatan-Nya dengan meyakini :
Bahwasanya Allah sendiri yang menciptakan seluruh makhluk dan alam semesta (QS 39: 62).
Bahwasanya Allah adalah Pemberi rizqi bagi setiap manusia, binatang dan makhluk lainnya (QS 1: 6).
Bahwasanya Allah adalah Penguasa alam dan Pengatur semesta, Dia Yang Mengangkat dan Menurunkan, Dia Yang Memuliakan dan Menghinakan, Maha Kuasa atas segala sesuatu, Pengatur rotasi siang dan malam, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan ( QS 3: 26-27).
TAUHID ULUHIYYAH
Yang dimaksud dengan Tauhid Uluhiyyah adalah meng-esakan Allah Swt dalam ibadah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah Swt) yang disyari’atkan Allah Swt, seperti : do’a, nadzar, qurban, raja’ (pengharapan), tawakkal, senang , khauf (takut), taubat. Jenis tauhid ini merupakan inti dakwah seluruh Nabi dan Rasul ‘alaihimus salaam.
Hal ini tegas dikatakan Allah Swt dalam firman-Nya (QS 16: 36, QS 21: 25, QS 7: 59,65,73,85, QS 29: 16).
Begitu juga khabar yang disampaikan oleh Rasulullah Saw yang mulia dalam sabdanya : ”Saya diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada ilah (sesembahan) yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah” (HR. Al-Bukhori dan Muslim).
TAUHID ASMA’ WA SIFAT
Swt dengan kalimat “bagaimana” dsb), dan tanpa tamtsil (menyerupakan Allah Swt dengan makhluq-Nya) berdasarkan firman Allah Swt : "Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat" (QS 42 : 11).
Kita wajib mengimani Allah Swt dengan nama dan sifat yang Dia berikan untuk diri-Nya melalui Al-Qur'an dan Hadits Rasul-Nya yang mulia. Karena tidak ada yang lebih mengetahui tentang Allah Swt selain daripada Dia sendiri dan tiada seorang pun yang lebih mengetahui tentang-Nya -setelah Allah Swt- melainkan Rasulullah Saw. Barangsiapa yang mengingkari nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya atau menamakan Allah Swt dan menyifati-Nya dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluq-Nya atau menta'wilkan dari maknanya yang benar dengan tanpa dalil maka dia telah berbicara tentang Allah Swt tanpa ilmu dan berdusta terhadap Allah Swt dan Rasul-Nya sebagaimana firman Allah Swt : "Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah" (QS 18 : 15).
Asma' Allah Swt semuanya husna (sangat baik) seperti Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim, Al-Hakiim, Al-'Aziiz, Al-Kariim, As-Sami', Al-Bashir, Al-'Alim, Al-Khaliq
Sedangkan sifat-sifat Allah Swt terbagi menjadi dua bagian :
Sifat Dzatiyah yakni sifat yang senantiasa melekat dengan-Nya dan tidak terpisah dari dzat Allah Swt, seperti : ilmu, kekuasaan, mendengar, melihat, 'izzah/mulia, tinggi, wajah, agung dll.
Sifat Fi'liyah yaitu sifat yang Dia perbuat jika berkehendak, seperti : bersemayam di atas 'Arsy, turun ke langit dunia ketika tinggal sepertiga malam dan datang pada hari kiamat.
Lurusnya tauhid seorang hamba sangat ditentukan oleh keimanannya terhadap tiga jenis tauhid di atas. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak boleh terpisah satu dengan yang lainnya. Tidak dikatakan beriman seorang hamba jika hanya menyakini rububiyyah Allah Swt saja tanpa yang lainnya. Seorang hamba akan sampai pada puncak keimanannya dan merasakan kenikmatan berislam jika dia sangat yakin, paham dan mengimani akan tiga jenis tauhid di atas sehingga dia akan melihat seluruh proses yang terjadi di alam tidak akan keluar dari tiga jenis tauhid tersebut. Keimanan akan tauhid rububiyah sebagaimana yang diyakini Fir'aun (QS 17 : 102) dan kaum musyrikin (QS 23 : 86-89) tidak membuat mereka dianggap beriman kepada Allah Swt .
Wahai saudaraku .... semoga Allah Swt merahmati kita ..........
Sudah luruskah Aqidah kita ............ mari bermuhasabah sebelum datang hari hisab/perhitungan.
Syirik
a. arti syirik
Syirik dalam istilah Islam artinya menyekutukan Allah SWT dengan makhlukNya. Hal itu bisa terjadi jika seseorang memiliki suatu kepercayaan atau melakukan suatu perbuatan yang mengandung salah satu dari tiga perkara berikut ini:
1. memberikan suatu bentuk peribadatan kepada selain Allah , seperti berdo'a memohon kepada selain Allah, meminta sesuatu kepada selain Allah padahal hanya Allah yang bisa mengabulkannya; seperti rizki, jodoh, anak dll. Apalagi kalau peribadatan itu berupa sujud atau ruku'.
2. mempercayai adanya zat selain Allah yang mempunyai suatu kekuasaan atau kemampuan yang sebenarnya hanya dimiliki Allah SWT, seperti; menyembuhkan penyakit, melipat-gandakan hasil panen, melariskan dagangan, melindungi seseorang dari marabahaya, dll.
menyamakan salah satu sifat Allah SWT dengan sifat makhlukNya, seperti; menyamakan penglihatan Allah dengan penglihatan makhlukNya, menyamakan ilmu Allah dengan ilmu makhlukNya, menyamakan keagungan Allah SWT dengan keagungan makhlukNya, dll.
b. bahaya syirik
1. syirik adalah dosa yang paling besar, ia tidak akan diampuni / dimaafkan oleh Allah SWT, jika pelakunya tidak bertaubat sebelum mati. Sedangkan dosa besar selain syirik masih mungkin diampuni Allah SWT. Qs. 4:48.
2. pelaku syirik akan diharamkan masuk surga dan akan dibakar di api neraka Jahannam selama-lamanya. Qs. 5:72.
3. seluruh amal shalih dan kebaikan-kebaikan yang dikerjakan oleh pelaku syirik akan gugur sia-sia dan tidak akan ada pahalanya di akherat kelak. Qs. 39:65.
syirik adalah suatu kedzaliman yang paling besar, sebagaimana nasihat Luqman al Hakim kepada putranya. Qs. 31:13.
MUI Haramkan Film Menghina Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam
Rabu, 26 September 12
JAKARTA
- Majelis Ulama Indonesia (MUI) akhirnya angkat bicara soal keberadaan
film berjudul The Innocence of Muslim garapan warga Amrika Serikat
Nakoula Basseley. MUI menyatakan, film yang menghina dan
memvisualisasikan Nabi Muhammad itu haram karena menistakan agama. Meski
begitu, mereka meminta masyarakat Indonesia tidak menanggapi secara
emosional.
Pernyataan sikap MUI ini disampaikan oleh Ketua Bidang Luar Negeri MUI Muhidin Junaidi di Jakarta kemarin (19/9). "Seperti diketahui, visualisasi Nabi Muhammad menurut dasar ajaran agama Islam tidak dibernarkan dan haram," katanya. Ketentuan tadi diperkuat lagi oleh fatwa MUI Nomor 12 tertanggal 12 Juni 1988.
Dalam fatwa itu dinyatakan jika para nabi dan rasul serta keluarga haram untuk divisualisasikan dalam film maupun foto. Selain menyatakan film The Innocence of Muslim tadi haram, MUI juga mengeluarkan sikap lain. Yaitu melarang peredaran film tadi di Indonesia dalam bentuk apapun.
Selanjutnya, mereka juga mengusulkan agar pemerintah Indonesia ikut mendesak supaya pelaku yang terlibat dalam penistaan agama melalui film itu diproses secara hukum. "Ini penting supaya menimbulkan efek jera. Jangan sampai terulang lagi, apalagi melibatkan sineas Indonesia," katanya.
Dan yang terakhir, dia juga menghimbau supaya insan perfilman tanah air hati-hati saat membuat film-film yang memasuki wilayah-wilayah sensitif. Diantaranya adalah wilayah agama. "Kita menghargai kerativitas, tetapi tanpa harus menimbulkan penistaan agama," ujarnya.
Terahir Muhidin menghimbau supaya umat muslim di Indonesia tidak menanggapi menanggapi film ini dengan emosional. Dia meminta supaya umat Islam selalu menjaga persatuan dalam menghadapi setiap upaya provokasi dan konspirasi pihak lain.
[Sumber: http://www.jpnn.com]
Pernyataan sikap MUI ini disampaikan oleh Ketua Bidang Luar Negeri MUI Muhidin Junaidi di Jakarta kemarin (19/9). "Seperti diketahui, visualisasi Nabi Muhammad menurut dasar ajaran agama Islam tidak dibernarkan dan haram," katanya. Ketentuan tadi diperkuat lagi oleh fatwa MUI Nomor 12 tertanggal 12 Juni 1988.
Dalam fatwa itu dinyatakan jika para nabi dan rasul serta keluarga haram untuk divisualisasikan dalam film maupun foto. Selain menyatakan film The Innocence of Muslim tadi haram, MUI juga mengeluarkan sikap lain. Yaitu melarang peredaran film tadi di Indonesia dalam bentuk apapun.
Selanjutnya, mereka juga mengusulkan agar pemerintah Indonesia ikut mendesak supaya pelaku yang terlibat dalam penistaan agama melalui film itu diproses secara hukum. "Ini penting supaya menimbulkan efek jera. Jangan sampai terulang lagi, apalagi melibatkan sineas Indonesia," katanya.
Dan yang terakhir, dia juga menghimbau supaya insan perfilman tanah air hati-hati saat membuat film-film yang memasuki wilayah-wilayah sensitif. Diantaranya adalah wilayah agama. "Kita menghargai kerativitas, tetapi tanpa harus menimbulkan penistaan agama," ujarnya.
Terahir Muhidin menghimbau supaya umat muslim di Indonesia tidak menanggapi menanggapi film ini dengan emosional. Dia meminta supaya umat Islam selalu menjaga persatuan dalam menghadapi setiap upaya provokasi dan konspirasi pihak lain.
[Sumber: http://www.jpnn.com]
1 Comment for "MARI LURUSKAN TAUHID KITA "
selamat pagi.. enak sekali jika membaca berita di pagi hari apalagi informasi penting.. terimakasih ya